Sabtu, 14 Maret 2015

Bukan Hal Biasa Saat Anak Mampu Menulis Namanya #3




Kita banyak menemukan orang tua yang lupa akan hal-hal luar biasa yang dilakukan putra-putrinya. Termasuk ketika sang buah hati mampu menulis sendiri namanya. Sederhana memang, sepertinya menjadi hal yang biasa saja bagi sebagian orang tua ketika sang anak mampu menulis sendiri namanya. Bahkan orang tua lupa memberikan penghargaan atas pencapaian sang buah hati.
                Lagi-lagi saya katakan, memang sederhana ketika seorang anak mampu menulis sendiri namanya. Terlebih sebagian orang tua beranggapan kemampuan itulah yang seharusnya dimiliki  sang buah hati sebagai hasil dari keikut sertaan mereka  dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menulis dan membaca, ya.... terkadang hal ini yang menjadi prioritas sebagian besar orang tua ketika memutuskan memasukkan putra-putrinya pada tsebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang sesungguhnya merupakan jenjang pendidikan pra sekolah.
                Kenyataannya TK, KB atau TPA memang merupakan pendidikan pra sekolah yang di peruntukkan bagi anak usia dini (Anak dengan rentang usia 0-6 tahun, hal ini sesuai dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ). Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (baik TK atau RA, KB dan TPA) sendiri lebih kepada pembentukan pribadi anak agar tumbuh menjadi pribadi dewasa yang mandiri. Kegiatan pembelajaran pada taman- kanak-kanak pun lebih menekankan pada rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup penanaman nila-nilai dasar (agama dan budi pekerti), pembentukkan sikap, dan pengembangan kemampuan dasar (bahasa, motorik, kognitif dan sosial). 
                Pendidikan pra sekolah semacam taman kanan-kanak sebenarnya adalah wadah yang memfasilitasi anak usia dini agar mampu berkembang menjadi pribadi mandiri yang mampu menghadapi masalah yang telah dan akan dihadapi. Tak hanya itu pendidikan pra sekolah juga bertujuan menumbuhkan kesiapan anak untuk menghadapi jenjang pedidikan dasar. Dengan begitu, mulailah menyikapi lebih bijak bahwa taman kanak-kanak bukan merupakan pendidikan dengan tujuan akhir melahirkan anak-anak dengan kemampuan membaca dan berhitung dengan sempurna. Karena taman kanak-kanak sendiri hanya bersifat pengenalan, antara lain pengenalan huruf dan angka. Sementara realisasi dari pengenalan ini akan dilaksanakan pada pendidikan dasar melalui kegiatan membaca, menulis dan berhitung.
                Kembali pada bagaimana memberi penghargaan atas  pencapaian yang dilakukan putra-putri kita. Termasuk ketika mereka mampu menulis sendiri namanya tanpa bantuan. Seperti kita, anak-anak pun menginginkan orang-orang disekitarnya mengetahui dan memberi penghargaan atas pencapaiannya. Kita terkadang lupa akan hal itu, hingga menanggapi dengan biasa saja hal sederhana semacam itu. Berhati-hatilah ketika anak menunjukan apa yang telah dicapainya, setidaknya berika satu tanggapan positif. Jauh lebih baik saat kita mampu meluangkan sedikit waktu untuk menghargai pencapaiaanya dalam bentuk pujian misal. Bukankah tidak sulit memberi putra-putri kita pujian sehingga mereka termotivasi untuk melakukan  sesuatu yang lebih baik dari itu. Beri mereka pujian yang memotivasi.
                Kasus pertama :   “Bunda... lihat aku bisa menulis sendiri namaku”
                “Iya sayang.....”, dalam kasus ini kita memang terkesan menanggapi dengan mengiyakan penuturan sang buah hati. Namun tanpa pujian,  hal ini tidak menutup kemungkinan membuat anak merasa tidak dihargai atas pencapaiannya.
                Kasus kedua:  “Bunda.... lihat aku bisa menulis sendiri namaku”
                “Iya nanti bunda lihat sayang, tanggung nih lagi balas BBM”. Ini sangat tidak dibenarkan, selain anak akan merasa tidak dihargai atas pencapaiannya, hal ini akan membentuk pribadi sang anak yang tidak mampu menghargai lingkungannya . Ia melihat betapa sebuah pencapaian tidak begitu penting untuk dihargai. Perlu kita ingat bahwa anak usia dini memiliki karakteristik sebagai peniru atas apa yang dilihatnya. Dari kasus kedua  dikhawatirkan anak akan meniru apa yang dilihat dan didengar dari sang bunda dan membentuknya menjadi pribadi yang serupa.
                Kita semakin banyak melupakan  hal sederhana namun berarti besar bagi  perkembangan buah hati kita. Mari bunda!!! Demi  mereka,  perhatikan segala sesuatu mulai dari yang paling sederhana.  Agar putra-putri kita semakin siap menghadapi lingkungannya.
               
               
               

               

0 komentar:

Posting Komentar