Minggu, 04 Maret 2018

‘Anak Anda Senang Bercerita??? Bisa Jadi dia Cerdas Linguistik – Verbal


                Saya pernah bahas tentang apa saja sih 9 dari kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner. Dan itu belum terlalu mendalam. Saya hanya sampaikan dalam bentuk pointer tanpa penjelasan. Salah satu dari 9 multiple intelligences  itu adalah kecerdasan Lingustik Verbal. Nah looh… Kecerdasan gimana sih ini??.

                Kalau di definisikan, kecerdasan Lingusitik verbal adalah kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah dan meciptakan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Cerdas linguistik berarti cerdas kata, dan cepat belajar dengan menggunakan kata-kata atau dengan mendengar dan melihat.


                Nah, kenapa anak yang senang bercerita berkemungkinan memiliki kecerdasan linguistik yang dapat dikembangakan?. Saya garis bawahi kata dapat dikembangkan.  Usut punya usut ternyata masing-masing dari 9 kecedrasan majemuk dapat dikembangkan menjadi pada tingkat teratas sebagai suatu kemampuan bagi anak. Misal dari kecerdasan linguistik verbal, anak usia dini yang mendapat stimulasi tepat untuk mendukung kecerdasan linguistiknya, dia mungkin akan menjadikan kemampuan nya tersebut sebagai sesuatu yang mengidentikannya dari lingkungan sekitar, memiliki profesi yang berhubungan dengan Linguistik verbal. Contoh : menjadi penyiar radio, presenter atau penulis dll.


                Kecerdasan Linguistik verbal memiliki indikator atau ciri-ciri khusu. Moms dan c’moms bisa simak ciri-ciri di bawah ini untuk mengidentifikasi apakah putra – putri moms memiliki salah satu dari sekian ciri-ciri ini. Yukkkks langsung aja kita simak apa aja sih…. ?????????????

    1.   Senang dan efektif berkomunikasi,
    2.   Senang dan mampu dengan baik mengarang cerita
    3.   Senang berdiskusi , mereka mampu menangkap permasalahan          secara verbal, memaknai sekaligus menanggapi.
    4.   Senang, tertarik dan efektif belajar bahasa asing
    5.   Senang bermain game bahasa, peka terhadap permainan bunyi          dan dengan mudah menangkap makna dari kata kata.
    6.   Senang membaca dan mampu mencapai pemahaman yang                tinggi
    7.  Memiliki memori yang kuat erhadap kata-kata, misal mudah            mengingat kutipan, ucapan para ahli, pakar/ayat.
     8.  Tidak mudah salah tulis atau salah eja
     9.  Pandai membuat lelucon,
    10. Pandai membuat puisi
    11. Tepat dalam tata bahasa
    12. Kaya akan kosa kata, mereka memiliki kosakata lebih banyak          dari teman sebayanya
    13. Menulis secara jelas, mampu mengorganisasikan pikiran dan            menuangkannya dalam susunan kata-kata tertulis.

Cukup jelas ya, kalau indikator kecerdasan Linguistik Verbal sangat erat kaitannya dengan kemampuan dalam berkata-kata baik secara tertulis atau tidak.  So, adakah moms salah satu dari indikator diatas yang terdapat pada putra dan putri moms??. Jika iya, kemungkinan putra atau putri moms memiliki kecerdasan linguistik –verbal. Dan itu artinya moms bisa mulai cari tau juga, gimana sih cara mengembangkan kecerdasan Linguistik Verbal??. 






Selasa, 19 Desember 2017

Apa Sih Kecerdasan Majemuk Itu???

google.com

                Dari judul yang saya tulis di atas tentu tau donk apa yang bakalan kita bahas disini. Tapi sebelum lebih jauh, Momies or calon momies (kenapa momies dan c’momies atau calon momies, karena buat saya perempuan hakikatnya adalah seorang ibu dan seorang calon ibu) saya kenalkan dulu pada ruang yang saya buat berdasarkan komitmen awal membangun blog ini adalah untuk membagi apa yang saya dapat sebagai mahasiswa sebuah universitas di Jakarta juga kepedulian saya terhadap perkembangan dunia Pendidikan Anak usia Dini (PAUD).

                Welcome to my blog momies or C’momies. Semoga disini momies or c’momies mendapatkan banyak informasi tentang bagaimana dengan tepat memahami karakter anaknya di rumah. Atau bagi seorang guru di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) semoga dengan ini kalian mampu memahami keberagaman anak didik di dalam kelas.
                Mari kita mulai sebuah perjalanan bersejarah yang membawa kita pada proses membangun pengalaman dalam konteks Pendidikan.

                Topik yang akan kita bahas ini barangkali sudah tidak asing lagi di telinga momies or C’momies kan?. Terang saja, istilah kecerdasan majemuk (multiple Intelegences) sering kita dengar apalagi bagi yang berkecimpung di dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) istilah ini seperti menjadi kata kunci Search Engginering Organization SEO untuk menemukan dan memahami karakter serta kecerdasan anak yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Pengelompokkan kecerdasan majemuk yang di gagas oleh Howard Gardner sebagai ahli pendidikan dari Harvard university terbagi menjadi 9 kecerdasan. Tapi ingat, bahwa kecerdasan majemuk (Multiple Intelegences) tidak hanya berlaku pada anak usia dini. Bahkan momies or c’momies masih dapat mengidentifikasi kecerdasan apa yang dimiliki momies melalui 9 kecerdasan diantaranya :

1     Kecerdasan verbal-linguistik
2.       Kecerdasan logis-matematis
3.       Kecerdasan visual-spasial
4.       Kecerdasan musikal
5.       Kecerdasan kinestetik
6.       Kecerdasan interpersonal
7.       Kecerdasan naturalis
8.       Kecerdasan intrapersonal
9.       Kecerdasan eksistensial


Teori kecerdasan majemuk menunjukkan bahwa manusia merupakan pribadi yang unik termasuk di dalamnya adalah anak usia dini. Kenapa??, karena kemapuan tersebut di atas dimiliki oleh semua manusia dan masing-masing memiliki cara berbeda untuk menunjukkannya. Unik bukan???.

Lebih lanjut, teori ini mematahkan anggapan bahwa “Cerdas” hanya dapat dilihat dari sisi IQ (Iintelectual Quotion), yang menurut Howard Gardner sendiri hal tersebut hanya mengacu pada 3 jenis kecerdasan yaitu logic-matematik, linguistik dan spasial.

Selain itu, pada dunia Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), ketika seorang pendidik atau orang tua mampu menyadari hakikat dari teori kecerdasan majemuk. Saya rasa mereka tidak akan dengan mudah menjudge atau memberi label seperti hyperaktif, gangguan belajar atau yang terparah melebeli mereka dengan ungkapan “tidak cerdas”.


Dengan begitu penting bagi guru dan orang tua memahami perihal kecerdasan majemuk ini agar mudah mengidentifikasi anak anak didiknya untuk selanjutnya mampu memilih dengan tepat tindakan mengembangkan kecerdasan yang yang dimilki anak.  

Minggu, 29 Maret 2015

Athaya “The Young Girl of Cheerful #4




Instagram : WidyaWiwi
Saat untuk pertama kali bertemu gadis mungil dengan rambut ikalnya, kesan mendalam begitu terasa bahkan hingga saat ini. Hadir sebagai pribadi yang menyenangkan, Athaya tumbuh di tengah sosok luar biasa seorang bunda  yang begitu besar menyimpan perhatian terhadap perkembangan dunia anak usia dini. Mungkin itu salah satu dari sekian banyak faktor yang membuat Athaya menjelma menjadi sosok yang mampu membuat orang disekitarnya nyaman akan kehadiranya.
                Tak ada yang berbeda dengan Athaya, ia tumbuh sesuai dengan pertumbuhan anak-anak usia 5 tahun pada umumnya. Hanya saja yang menarik dari sosok Athaya adalah karakteristiknya yang  tampak menyerupai karakteristik sang bunda. Ceria, mudah bergaul, menyenangkan dan cerdas.
      Tak memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyimpulkan bahwa Athaya adalah gadis mungil yang selalu tampak ceria dan menyenangkan. Terbukti dengan hanya beberapa saat berkesempatan menemani ananda bermain kesan itu tiba-tiba saja hadir. Ia mampu menyesuaikan dirinya dengan

Sabtu, 14 Maret 2015

Bukan Hal Biasa Saat Anak Mampu Menulis Namanya #3




Kita banyak menemukan orang tua yang lupa akan hal-hal luar biasa yang dilakukan putra-putrinya. Termasuk ketika sang buah hati mampu menulis sendiri namanya. Sederhana memang, sepertinya menjadi hal yang biasa saja bagi sebagian orang tua ketika sang anak mampu menulis sendiri namanya. Bahkan orang tua lupa memberikan penghargaan atas pencapaian sang buah hati.
                Lagi-lagi saya katakan, memang sederhana ketika seorang anak mampu menulis sendiri namanya. Terlebih sebagian orang tua beranggapan kemampuan itulah yang seharusnya dimiliki  sang buah hati sebagai hasil dari keikut sertaan mereka  dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menulis dan membaca, ya.... terkadang hal ini yang menjadi prioritas sebagian besar orang tua ketika memutuskan memasukkan putra-putrinya pada tsebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang sesungguhnya merupakan jenjang pendidikan pra sekolah.

Minggu, 01 Februari 2015

Moment of Safira Gandang


Moment Of Safira & Gandang

Eits... foto yang satu ini bukan settingan ya....!!! smile emotikon
alami dan mereka sendiri yang menciptakan suasana seperti ini, sedikit review deh kenapa adegan suap-suapan ini terjadi, Cekidot!!!!

Diawali saat waktu makan siang akan berakhir. sebagian anak yang telah selesai dengan makan siangnya segera menghampiri bunda untuk meminta sabun pencuci piring. lalu mereka bergegas mencuci piring masing-masing. di tengah riuh suasana kelas, Gandang meninggalkan meja dan makan siang yang sama sekali belum sempat ia sentuh. tiba-tiba dengan lantang gandang memanggil Safira. kira-kira seperti ini....
"Safira...Safira sini....!!!!" dengan lambaian tangan dan senyuman khas Gandang tampak yakin Safira akan menghampirinya, "temenin aku makan".
Benar saja, tanpa fikir panjang usai mencuci piring Safira menghampiri Gandang dan mengikuti langkahnya. sesuai intruksi akhirnya Safira menemani Gandang di meja makannya. tapi entah apa yang membuat Gandang masih saja tak mau menyentuh makan siangnya??. Ternyata eh... ternyata tanpa di duga permintaan kedua terlontar dari bibir tipis Gandang.
"Safira suapin aku".

Khairan dan imajinasi


KHAIRAN DAN IMAJINASI...
Salah satu imajinasi Khairan yang tertuang melalui gambar 
Dibalik sosok mungilnya ia tumbuh dengan imajinasi yang semakin mengembara. Hingga sebuah kisah tertuang melalui  gambar sederhana yang ia ciptakan. Berawal dari tugas di pekan terakhir pembelajaran setelah sebelumnya pelaksanaan Dharma Wisata terealisasikan. Perjalanan ke  "Taman Safari", mengharuskan anak-anak memberikan gambaran tentang apa yang mereka lihat termasuk ananda Khairan. Sayangnya ananda tak melewati moment yang membuat teman-temannya antusias dengan berbagai jenis binatang langka yang sulit mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Hingga ananda mendapat kesempatan memenuhi lembaran Drawing Booknya dengan binatang yang ia sukai.

Jika sebagian besar temannya menggambarkan sosok-sosok binatang yang hanya mampu mereka lihat di Taman Safari seperti halnya gajah, singa,  harimau, jerapah dll. Ananda justru hanya menggambar seekor ayam dan kupu-kupu. Sederhana memang, namun dibalik itu ananda menciptakan sebuah kisah yang tak sederhana untuk anak seusianya.